Mediatha.Com,Mamuju—Perekonomian Sulawesi Barat menunjukkan kinerja yang positif pada Triwulan III 2025 dengan pertumbuhan sebesar 5,83% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya (4,29%, yoy) dan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional (5,04%, yoy). Akselerasi ini didorong oleh meningkatnya ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya, konsumsi rumah tangga yang tetap kuat, serta peningkatan investasi pad sektor swasta dan pemerintahan.
Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB Sulawesi Barat dengan kontribusi 47,80%, diikuti oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, dan administrasi pemerintahan. Sementara dari sisi pengeluaran, perekonomian Sulawesi Barat ditopang oleh ekspor yang berkontribusi 48,14% terhadap total PDRB daerah, yang kemudian diikuti oleh Konsumsi Rumah Tangga, PMTB, konsumsi pemerintah, dan Konsumsi LNPRT.
Dengan struktur ekonomi yang masih bertumpu pada sektor riil padat karya dan konsumsi domestik yang kuat, perekonomian Sulawesi Barat diproyeksikan akan terus tumbuh hingga akhir tahun 2025, didorong oleh peningkatan ekspor, konsumsi, dan investasi yang tetap solid. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat tahun 2025 diproyeksikan meningkat dibandingkan capaian tahun 2024, sejalan dengan akselerasi di sektor pertanian, dan industri pengolahan. Lebih lanjut, prospek 2026 diperkirakan stabil, ditopang oleh produktivitas pertanian yang solid, pertumbuhan di sektor konstruksi, serta optimalisasi produksi berbagai komoditas unggulan daerah seperti kelapa sawit, kakao, dan kopi. Dukungan kebijakan fiskal yang mempercepat pembangunan infrastruktur juga diharapkan mampu memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Sulawesi Barat.
Dari sisi kestabilan harga barang dan jasa, tingkat inflasi Sulawesi Barat pada Oktober 2025 tercatat sebesar 2,64% (yoy) dengan deflasi bulanan -0,18% (mtm), angka tersebut masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional sebesar 2,5 ± 1%. Deflasi bulanan bersumber dari komoditas beras, bawang merah, tomat, serta ikan tuna dan ikan selar, seiring meningkatnya pasokan beras SPHP oleh Bulog, melimpahnya pasokan hortikultura dari luar daerah seperti Palu dan Enrekang, serta meningkatnya hasil tangkapan ikan pada musim panen laut di perairan Sulawesi Barat. Sebaliknya, tekanan inflasi disumbang oleh emas perhiasan, ikan cakalang dan ikan layang, cabai merah, serta daging ayam ras. Kenaikan harga tersebut dipicu oleh tren kenaikan harga emas global, terbatasnya hasil tangkapan ikan akibat revitalisasi rumpon di laut Sulbar, pasokan cabai yang menurun karena panen raya di sentra lokal dan luar daerah belum optimal, serta meningkatnya permintaan daging ayam ras seiring implementasi program MBG di Sulawesi Barat.
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, kinerja perbankan Sulawesi Barat tetap terjaga dengan intermediasi yang solid. Penyaluran kredit tumbuh 6,65% (yoy) pada Triwulan III 2025, terakselerasi dibandingkan tahun 2024, sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 10,22% (yoy) dengan pola yang relatif stabil. Struktur penyaluran kredit dalam lima tahun terakhir masih didominasi oleh sektor pertanian (20,23%), diikuti perdagangan besar dan eceran (18,60%), listrik, gas, dan air (2,96%), industri pengolahan (2,89%), serta konstruksi (2,15%), hal ini mencerminkan struktur perekonomian daerah yang berbasis sektor primer. Sementara itu, kredit korporasi tumbuh moderat di kisaran 3,44–3,65% (yoy), sedangkan kredit rumah tangga (RT) tumbuh stabil di kisaran 8–10%, yang mana kredit RT ini turut menjadi pendorong utama ekspansi kredit daerah. Dari sisi risiko, NPL korporasi masih berada pada level tinggi dan cenderung stagnan di kisaran 7,2–8,0%, menandakan masih adanya tekanan pada kualitas kredit segmen usaha. Sebaliknya, NPL kredit rumah tangga tetap rendah dan terjaga pada kisaran 0,99–1,23%, menunjukkan risiko yang masih dalam batas aman dan terkendali. Adapun kredit UMKM di Sulawesi Barat berdasarkan lokasi proyek pada periode September 2025 tercatat sebesar Rp7,92 triliun (-0,89% yoy) dan KUR sebesar Rp3,92 triliun (-1,65% yoy), yang keduanya masih didominasi oleh sektor pertanian. Lebih lanjut, NPL kredit UMKM sebesar 4,06% pada periode tersebut kemudian menjadi perhatian agar kualitas pembiayaan tetap terjaga, seiring upaya perbankan memperkuat mitigasi risiko dan mendorong penyaluran kredit produktif bagi pelaku UMKM.
Selain itu, sebagai bagian dari pelaksanaan mandat dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, KPwBI Prov. Sulawesi Barat terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah Daerah, instansi vertikal, serta mitra kerja strategis lainnya di Sulawesi Barat. Bentuk konkrit dari kolaborasi tersebut diwujudkan melalui penguatan koordinasi kebijakan dalam forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) yang berfokus pada pengendalian harga, percepatan digitalisasi, serta penguatan daya saing ekonomi daerah secara menyeluruh.
Dalam menjaga stabilitas harga, KPwBI Prov. Sulawesi Barat bersama Pemerintah Daerah secara konsisten menerapkan strategi 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif). Melalui inisiatif seperti Optimalisasi Pasar Murah, subsidi ongkos angkut pangan strategis, inovasi “PAK RAHMAN” (Pangan Pokok Murah dan Aman), serta edukasi strategi pengendalian inflasi dan stabilitas harga melalui inovasi pangan berkelanjutan, KPwBI Prov. Sulawesi Barat terus berupaya menjaga inflasi Sulawesi Barat tetap terkendali dan daya beli masyarakat terjaga. Upaya ini juga didukung dengan peningkatan koordinasi antardaerah untuk memastikan kelancaran pasokan dan stabilitas harga pangan di seluruh kabupaten/kota. Selain itu, KPwBI Prov. Sulawesi Barat juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif melalui pengembangan UMKM dan keuangan inklusif, serta penguatan ekonomi dan keuangan syariah di daerah. Adapun implementasi perluasan digitalisasi sistem pembayaran dilakukan melalui strategi event-based QRIS Experience sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih inklusif dan akseleratif. Melalui penyelenggaraan kegiatan seperti Pekan QRIS Nasional dan QRIS Jelajah Budaya Indonesia 2025, tercatat peningkatan volume transaksi QRIS hingga lebih dari 6.000 kali transaksi dan onboarding 60 UMKM QRIS baru dengan keterlibatan 4.350 peserta. Hingga Triwulan III 2025, terdapat 98.289 merchant QRIS, dengan 73.077 merchant QRIS berasal dari pelaku usaha mikro, yang kemudian mencerminkan kemajuan signifikan dalam akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan akses keuangan masyarakat di Sulawesi Barat.
Secara keseluruhan, kinerja perekonomian Sulawesi Barat pada Triwulan III 2025 menunjukkan arah yang positif dengan pertumbuhan yang kuat, inflasi yang terkendali, serta stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga. Kinerja tersebut turut didukung oleh sinergi kebijakan antara KPwBI Prov. Sulawesi Barat, Pemerintah Daerah, dan berbagai mitra kerja strategis dalam memperkuat sektor pertanian, perdagangan, serta industri pengolahan, sekaligus mendorong pengembangan UMKM, keuangan syariah, dan digitalisasi sistem pembayaran. Ke depan, KPwBI Provinsi Sulawesi Barat akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dan sinergi program dengan seluruh mitra strategis guna menjaga stabilitas makroekonomi dan mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi daerah yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

