Mediatha.Com,Mamuju— Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) terus berupaya memperkuat layanan rujukan kesehatan di seluruh Indonesia melalui program SIHREN (Strengthening Indonesia’s Healthcare Referral Network). Program ini menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan untuk penanganan penyakit utama seperti kanker, penyakit jantung, stroke, uronefrologi, serta obstetri dan ginekologi (KJSU KIA).
Salah satu fokus utama program SIHREN adalah pemenuhan alat kesehatan yang mendukung layanan prioritas tersebut. Kemenkes RI menekankan bahwa setiap rumah sakit perlu melakukan analisis kebutuhan secara menyeluruh agar alat kesehatan yang diberikan benar-benar sesuai dengan jenis layanan yang diselenggarakan.
Selain penyediaan alat kesehatan, komitmen pemerintah daerah dalam pemenuhan sumber daya manusia (SDM) juga menjadi kunci keberhasilan. Di Provinsi Sulawesi Barat, misalnya, pengusulan alat layanan stroke masih menghadapi kendala karena belum tersedianya dokter spesialis bedah saraf.
Sebagai solusi, Kemenkes RI mengingatkan adanya peluang pemenuhan kebutuhan dokter spesialis melalui Program Pendayagunaan Dokter Spesialis (PGDS), sebagaimana diatur dalam Perpres No. 31 Tahun 2019 dan Permenkes No. 36 Tahun 2019. Program ini memungkinkan daerah memperoleh tenaga spesialis dengan dukungan penuh dari Kemenkes, mulai dari proses rekrutmen, penempatan, pembinaan, hingga pemberian tunjangan.
Pemerintah daerah berperan penting dalam mendukung pelaksanaan program ini, antara lain dengan memastikan kesiapan infrastruktur, sarana-prasarana, peralatan medis, obat-obatan, serta dukungan insentif dan jasa medik sesuai kemampuan daerah. Proses pengusulan dilakukan langsung oleh rumah sakit melalui laman resmi pgds.kemkes.go.id sesuai mekanisme yang berlaku.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, dr. Nursyamsi Rahim, dalam keterangannya, Senin 20 Oktober 2025, menyatakan dalam konteks Sulawesi Barat, RSUD Provinsi Sulawesi Barat diharapkan dapat memanfaatkan program PGDS ini untuk mengatasi keterbatasan tenaga dokter spesialis bedah saraf, khususnya dalam pelayanan pasien stroke.
Kabar baiknya, saat ini telah ada satu dokter asal RSUD Provinsi Sulawesi Barat, dr. Muh. Firdaus Burhan, yang tengah menempuh pendidikan spesialis bedah saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga melalui program beasiswa LPDP.
“Diharapkan, pada tahun 2028, dr. Firdaus dapat kembali bertugas dan memperkuat layanan spesialistik di Sulawesi Barat,” ujar dr. Nursyamsi.
Melalui sinergi antara Kemenkes RI dan pemerintah daerah, diharapkan program SIHREN dan PGDS mampu mendorong terwujudnya pelayanan kesehatan rujukan yang lebih kuat, merata, dan berkualitas bagi seluruh masyarakat, sesuai visi Sulawesi Barat Maju dan Sejahtera yang digalakkan oleh Gubernur Suhardi Duka dan Wakil Gubernur Salim S Mengga. (Rls)